When you get married with your new

When you get married with your new husband, your understanding of marriage must be altered. You must not behave yourself as you did before. Your conduct has not been good at all. To leave a husband to marry another man is very dangerous. Therefore, when you are mar- ried to your new husband, you must be cautious and faithful.
Thus through the whole counseling session the main criterion to evaluate individual’s conduct has been ‘happiness’: happiness of the husband and of the wife, happiness in the present marriage as well as in future marriage, and happiness in this world as well as in the world hereafter.
The counselors search for the appropriate conduct for the clients through consultation with them. Key values such as happiness in married life, happiness in family life, and sincerity in pursuing one's happiness, are all rooted in the Qur’an and Hadith, but the counselors do not make any explicit refer- ence to these sources. Elderly women of experience and knowledge provide them as words of wisdom to their junior fellow Muslims.
Let me conclude my talk now with a quotation from a book written by Professor Frank Vogel on the breath of the notion of Islamic law as follows;
...... [W]e would have to treat not only court decisions but also phenomena which are vital to law’s application but which we do not call “law,” or even “lawlike” — such as ones that are either informal, particular, subjective, private, unique, occasionalistic, voluntary, or individ- ual in various ways. For example, it is not to us “law,” “law-finding,” or even “law-enforce- ment,” when an individual evaluates the legality of his own action and amends his behavior or not accordingly, gives advice to another on how to comply with the law, ...... (Vogel 2000:30)
In the beginning of my research, I was not sure whether my concern with marriage counseling at BP4 was academically worthwhile as an exercise of anthropology of Islamic law. But, I have found myself assured that I am tracking a ‘straight path’ when I have come across the above quoted state- ment. Here I would like to end my talk by expressing my sincere gratitude to Professor Vogel and Islamic Legal Studies Program at Harvard Law School for giving me an opportunity to deepen my understanding of Islamic law.

結果 (インドネシア語) 1:

Ketika Anda mendapatkan menikah dengan suami baru Anda, pemahaman Anda tentang perkawinan harus dapat berubah. Anda tidak harus bertindak sendiri seperti yang Anda lakukan sebelumnya. Tindakan Anda belum baik sama sekali. Untuk meninggalkan suami untuk menikah dengan pria lain adalah sangat berbahaya. Oleh karena itu, ketika Anda Mar-ried untuk suami baru Anda, Anda harus berhati-hati dan setia.Dengan demikian melalui seluruh sesi konseling kriteria utama untuk mengevaluasi tindakan seseorang telah 'kebahagiaan': kebahagiaan suami dan istri, kebahagiaan dalam perkawinan hadir serta di masa depan perkawinan dan kebahagiaan di dunia ini juga seperti di dunia akhirat.Para penasihat mencari perilaku yang sesuai untuk klien melalui konsultasi dengan mereka. Nilai-nilai kunci seperti kebahagiaan dalam hidup, kebahagiaan dalam kehidupan keluarga, dan ketulusan dalam mengejar kebahagiaan seseorang, Semua berakar dalam Al Qur'an dan Hadis, tetapi para penasihat tidak melakukan apapun eksplisit merujuk-masa kemerdekaan untuk sumber-sumber ini. Wanita tua pengalaman dan pengetahuan menyediakan mereka sebagai kata-kata kebijaksanaan mereka junior sesama muslim.Biarlah saya menyimpulkannya bicara sekarang dengan kutipan dari sebuah buku yang ditulis oleh Profesor Frank Vogel pada napas pengertian hukum Islam sebagai berikut;...... [W]e would have to treat not only court decisions but also phenomena which are vital to law’s application but which we do not call “law,” or even “lawlike” — such as ones that are either informal, particular, subjective, private, unique, occasionalistic, voluntary, or individ- ual in various ways. For example, it is not to us “law,” “law-finding,” or even “law-enforce- ment,” when an individual evaluates the legality of his own action and amends his behavior or not accordingly, gives advice to another on how to comply with the law, ...... (Vogel 2000:30)In the beginning of my research, I was not sure whether my concern with marriage counseling at BP4 was academically worthwhile as an exercise of anthropology of Islamic law. But, I have found myself assured that I am tracking a ‘straight path’ when I have come across the above quoted state- ment. Here I would like to end my talk by expressing my sincere gratitude to Professor Vogel and Islamic Legal Studies Program at Harvard Law School for giving me an opportunity to deepen my understanding of Islamic law.

結果 (インドネシア語) 2:

Ketika Anda menikah dengan suami baru Anda, pemahaman Anda tentang pernikahan harus diubah. Anda tidak harus berperilaku diri Anda lakukan sebelumnya. Perilaku Anda belum baik sama sekali. Untuk meninggalkan seorang suami untuk menikah dengan pria lain sangat berbahaya. Oleh karena itu, Ketika Anda Apakah Mar Ried kepada suami baru Anda, Anda HARUS berhati-hati dan setia.
DEMIKIAN melalui sesi konseling Whole Kriteria utama untuk mengevaluasi Perilaku Individu telah 'kebahagiaan': kebahagiaan suami dan dari istri, kebahagiaan dalam Present perkawinan serta dalam pernikahan Future, dan kebahagiaan di dunia ini maupun di Dunia akhirat.
The Konselor mencari Perilaku yang tepat untuk klien melalui konsultasi dengan Mereka. nilai-nilai utama seperti kebahagiaan dalam menikah Life, kebahagiaan dalam keluarga Life, dan ketulusan dalam mengejar kebahagiaan seseorang, semua berakar dalam Al-Qur'an dan Hadits, tetapi konselor tidak membuat reference eksplisit untuk sumber-sumber ini. Wanita tua pengalaman dan pengetahuan menyediakan mereka sebagai kata-kata bijak untuk sesama junior mereka Muslim .
Mari saya menyimpulkan Bicara saya Sekarang dengan kutipan dari sebuah buku yang ditulis oleh Profesor Frank Vogel pada nafas gagasan hukum Islam sebagai BERIKUT;
... [W] e Akan Memiliki untuk mengobati tidak hanya Putusan Pengadilan tetapi JUGA fenomena yang penting untuk aplikasi hukum tapi yang kita tidak menyebut "hukum," atau bahkan "seperti hukum" - seperti yang yang baik informal khususnya, subjektif, swasta, unik, occasionalistic, sukarela, atau individ- UAL dalam berbagai cara . Misalnya, tidak untuk kita "hukum," "hukum-temuan," atau bahkan "hukum penegakan ment," ketika seorang individu mengevaluasi legalitas tindakan sendiri dan merubah perilakunya atau tidak sesuai, memberikan saran untuk lain pada Bagaimana Mematuhi hukum, ... (Vogel 2000: 30)
Pada awal penelitian saya, saya tidak yakin apakah Kepedulian saya dengan Konseling pernikahan di BP4 WS akademis berharga sebagai latihan Antropologi Islam hukum. Tapi, saya telah menemukan diriku yakin bahwa saya melacak 'jalan yang lurus' ketika saya telah menemukan satu pernyataan yang dikutip di atas. Di sini saya ingin mengakhiri pembicaraan saya dengan mengungkapkan rasa terima kasih yang tulus kepada Profesor Studi Islam Hukum Vogel dan Program di Harvard Law School untuk memberikan saya kesempatan untuk memperdalam pemahaman saya tentang hukum Islam.